
“Tapi… jalan kita sekarang memang terlalu berbeda, Dit. Dengan cara apapun, itu adalah salah. Salah bagimu, apalagi bagiku. Jurang perbedaan antara kita sekarang terlalu menganga, Dit. Pahamilah. Bantu aku untuk ikhlas dengan semua ini”.
Aku diam sejenak. Menekan dada, berharap bisa membantu meringankan perihnya. Aku tak menunggu jawaban Adit, pun tak mengharapkannya.
“Dan aku benar-benar berharap, meski ini menyakitkan, tapi aku mohon, setelah ini, jangan kau datangi aku lagi, Dit. Karena kau harus tahu, setiap kedatanganmu hanya membasuh luka yang masih sangat berusaha kusembuhkan. Aku tahu kau mendengarnya, dan semoga kau bisa memenuhi permintaanku, permintaan terakhirku”.
BACA JUGA: Kuntilanak Merah Merintih di Meja Dapur, Bayangannya Mengikutiku
Tangis yang sedari tadi kutahan, tumpah sudah. Perih yang kurasa makin menganga. Tapi nyatanya aku memang harus mengakhiri semua ini.
Kutaburkan bunga yang kubawa, di atas pusara itu. Hari ini tepat 40 hari Adit pergi.(*)
BACA JUGA: Pocong Pohon Bambu Mengikutiku Sampai Teras, Ibuku Terperangah!
Video populer saat ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News