
“Oke kak! Boleh minta menunya?” balasku
“Maaf kak, tadi kak Roy sudah pesan satu paket pitcher, jadi kakak gak perlu pesan lagi”
“Oke makasih mas,” baasku
BACA JUGA: Azab Istri Egois, Sang Suami Direnggut Maut
Untuk awam sepertiku yang tak tahu dunia malam macam ini, rasanya sangat campur aduk. Antara senang bertemu dengan pujangga cinta, namun rasa gugup tak dapat dihindari.
Di lain sisi, dunia macam ini sangat kontra terhadap gaya hidupku yang hampir 12 jam kuhabiskan di depan laptop dan berjibaku dengan asap ibukota. Sesekali jika butuh hiburan, paling fancy hanya sebatas mall dan coffee shop. Bahkan untuk menyeruput alkohol pun aku tak pernah.
BACA JUGA: Selingkuh dengan Gadis Penjual Kopi, Tuhan Turunkan Azab
Denting jam sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam. Roy, teman online-ku belum juga datang. Selama aku menunggunya, aku hanya minum satu sloki bir dengan kadar alkohol rendah. Kutak mau menambah.
Mata semakin ngantuk, bulu kaki sudah berdiri karena hawa dingin. Dia belum juga muncul. Positif thinking, mungkin macet.
Musik DJ mulai berputar di jam 11.30. Asap rokok dan pemandangan orang berjoged sudah mulai memekakkan telinga dan mata. Walaupun akhirnya aku menikmatinya. Seorang diri berkawan keramaian.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News