
"Eh, apaan, sih?," tanyaku.
Setelah aku melihat name tag yang ada di dada kanannya, namanya ialah Senja. Barista bertubuh tinggi itu langsung tersenyum sambil memberikanku sobekan kertas.
"Hi, sinar," yang ada di kertas itu dengan sebuah gambar matahari.
BACA JUGA: Pernikahanku Tinggal Sehari, Tapi Calon Istriku Pergi Selamanya
Aku sebenarnya heran, tidak biasanya barista itu lebih ekspresif. Biasanya, dia kaku, terkesan dingin.
Sambil membawa espresonya, Senja menghampiriku.
BACA JUGA: Aku Sampai Keringatan, Bapak Kos Teriak Ampun
"Boleh duduk? Saya sudah selesia bekerja," katanya.
Aku pun yang bingung bukan main hanya bisa menganggukkan kepala.
BACA JUGA: Sahabatku Diam-diam Menyukai Suamiku, Aku Ikhlas!
Singkat cerita, aku dan Senja makin akrab sejak sore itu. Kami pun saling melemparkan candaan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News