
GenPI.co - Gedung-gedung jangkung di Prefektur Kyoto tak bersolek. Cahayanya memancar indah saat malam hari, tetapi membawaku ke relung kesepian.
Namaku Rudi Subiyakto, Warga Negara Indonesia yang tinggal di Kyoto, Jepang. Sudah sekian tahun aku tinggal di negeri Sakura dan kota ini memang tak berubuh jauh sejak pertama kali aku datang.
Puasa di Jepang lima tahun lalu dan hari ini tak ada bedanya. Sepi, aku merasa sepi. Tak ada bau masakan ibu saat menjelang maghrib, tak ada pula wangi es buah pandan yang menggoda.
BACA JUGA: Bara Abiyasa 8 Tahun di Jerman, Kangen Takjil Banget saat Puasa
Ya, pengalaman hidup menjadi minoritas Muslim di negeri matahari terbit bagiku cukup sulit.
Kota ini dan warga-warganya memang gila bekerja. Suasana Ramadan tak pernah aku rasakan di negara ini.
Saat jelang hari raya Idul Fitri, suasana di sini makin tak karuan. Sampai sehari menjelang hari raya, orang-orang masih sibuk bekerja.
Tak ada yang peduli kalau besok takbir mesti berkumandang dan umat Muslim merayakan kemenangannya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News