
“Ibu sering diskusi (dan bertanya ke saya) kapan pulang dan nerusin usaha,” ujar Hanif.
Hal ini juga berkaitan dengan impian ibunya, bisa membuat usaha yang berkelanjutan, diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Minimal 3 generasi, dan Hanif adalah generasi kedua.
“Anak muda tiap malam punya ide hebat (tapi paginya kerja rutin di kantor). Ngapain lama jadi karyawan, anak muda (bisa) wirausaha jalankan amanah,” ujar Hanif.
BACA JUGA: Wong Solo Milenial, Buat Tempe Kreatif di Bali, Pelanggannya Bule
Setelah inovasi ini, ditambah minat tinggi akan wedang, membuat omzet sebelum pandemi pada 2019 di kisaran Rp 10 juta-Rp 12 juta, menjadi Rp 23 juta per bulan.
Upaya meningkatkan omzet, juga disokong dengan penjualan lewat media sosial dan lewat reseller.
Saat ini Hanif dan ibunya masih menjalankan produksi di rumah mereka yang ada di Tegal.
Mulai memasok jahe, kunyit, kelor, termasuk kebutuhan akan alang-alang untuk sejumlah produk. Kemudian mencuci, merajang, oven, kemudian dijadikan serbuk, dan membungkusnya dalam kemasan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News