
Suatu ketika, Yukka membutuhkan sepatu baru. Namun, ketika mencari ukuran yang pas dengan ukuran kakinya, ia tidak menemukannya.
Ketika menemukan ukuran yang pas, Yukka tidak suka dengan model sepatu tersebut.
Selain itu, harganya mahal sehingga tidak cocok dengan kantong mahasiswa. Barangnya juga harus diimpor dari luar negeri.
Setelah menyelesaikan studi S1-nya, Yukka pergi ke perajin sepatu di kawasan Cibaduyut, Bandung.
Dia pun mendatangi puluhan perajin sepatu untuk membuatkannya sepasang sepatu.
Namun, dia tidak mendapati perajin yang mau menerima orderan sepasang sepatu saja.
Rata-rata mereka menerima orderan 5 lusin sepatu. Hingga pada akhirnya dia menemukan vendor yang bisa melakukan pemesanan satu pasang sepatu saja.
Setelah sepatu miliknya jadi, dia pun merasa bangga dan memamerkan ke teman-temanya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News