
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengemukakan pergerakan kurs rupiah atas dolar AS pada hari I dipengaruhi 3 sentimen utama, yaitu:
Tarif Tambahan Diberlakukan AS-China per 1 September 2019
Mulai 1 September, AS mulai mengenakan bea masuk 15% untuk produk impor asal China senilai USD125 miliar di antaranya smartwatch, televisi layar datar, dan alas kaki.
Pemerintah China tidak mau kalah. Per 1 September 2019, Tiongkok mengenakan bea masuk 5%-10% untuk 1.717 produk asal AS, termasuk minyak mentah.
“Ini adalah kali pertama minyak asal AS dibebani bea masuk di China,” kata Ibrahim kepada GenPi.co, Senin siang (2/9/2019).
Meski masih saling balas pengenaan tariff, Presiden AS Donald Trump menegaskan dialog dagang kedua negara tetap akan berlangsung bulan ini. Washington mengakui sudah berbicara dengan Beijing untuk menyiapkan pertemuan.
Manfaktur China Tetap Ekspansi
Rilis terbaru dikeluarkan China, yaitu masih manufaktur terus ekspansi di saat perang dagang dengan AS bergulir.
Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Umum Caixin China (PMI) mencatat kenaikan menjadi 50,4 pada Agustus 2019, naik dari 49,9 pada Juli. 50 adalah angka ekspansi.
PMI non-manufaktur resmi naik untuk pertama kalinya dalam lima bulan menjadi 53,8 pada Agustus dari 53,7 pada Juli.
Data Inflasi Indonesia
Pasar uang juga merespons rilis data inflasi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada siang ini.
Kurs tengah BI pada hari ini, Senin (2/9/2019) ke Rp14.190 per dolar AS (grafik: BI)
Tonton Video viral berikut:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News