Dear Diary

Maut Merenggut Nyawa Calon Istriku

Maut Merenggut Nyawa Calon Istriku - GenPI.co
Ilustrasi (Foto Pinterest)

Suasana di taman bunga kembali hening. Gadismu canggung dengan keadaan ini, terlebih biasanya kau ‘gila’ menebar mantra-mantra cinta yang membuat dia terbang ke dimensi lain, dimensi yang dipenuhi cinta.

“Sayang,” kau kembali menata kata.

Gadismu kembali menatapmu penuh tanya.

“Lima belas bulan yang lalu kita bertemu di pameran buku. Takdir berbaik hati padaku, dia mempertemukan aku dengan seorang perempuan yang mampu membuatku tersenyum di saat hatiku menangis dan membuat orang lain menyebutku gila.”

“Karena aku selalu tersenyum dan tertawa ketika menatap layar HP, melihat percakapan dan foto kita.”

“Butuh lima bulan bagiku mengumpulkan keberanian. Di tempat ini kita mengikrarkan cinta. Berjanji akan melewati pahit-manis kehidupan,” kau membuat gadismu menatap lamat-lamat lelaki di sampingnya.
“Alea, mungkin ini terasa terlalu cepat. Tapi aku rasa ini waktu yang paling tepat. Alea maukah kamu … Maukah kamu ….” 

kau diam sejenak mengumpulkan keberanian, “Maukah kamu menikah denganku?” Kau merasa sangat lega, berhasil mengeluarkan kata-kata yang seminggu terakhir kau rangkai.

Namun, dalam helaan napas yang sama, detak jantungmu berdetak tak terkira kencangnya. Harap-harap cemas menanti jawaban.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya