
Kadispar Remigius Asa mengatakan, Bimtek Deputi bidang budaya dan warisan sejarah ini fokus pada pengembangan wisata budaya warisan yang terbagi dalam tiga kategori. Yakni wisata alam, wisata buatan dan wisata bahari.
Remigius berharap agar para peserta yang mengikuti bimtek ini dapat memahami apa yang sudah disampaikan oleh para Nara sumber terkait dengan pengembangan wisata budaya yang ada di kabupaten Belu,TTU dan Malaka.
"Semoga para peserta menjadi pioner dalam pembangunan pelestarian nilai-nilai budaya wisata di daerahnya," ujarnya.
Remigius Asa membeberkan, potensi wisata berbasis budaya di Belu dan sekitarnya cukup banyak. Seperti adanya Kampung Adat Nualain, Desa Halimodok, Gereja Tua Nualain, Gereja Laktutus, Gereja tua Lahurus, Gereja Katedral Atambua, Benteng Ranuhitu, Ksadan Fatubesi, Kampung Adat Duarato, Kampung Adat Faturene, dan lainnya.
Bimtek ini diisi oleh tiga narasumber yaitu Dicky Senda, Penggiat Komunitas Pariwisata yang membahas Produk Wisata Berbasis Budaya di Belu dan Sekitarnya. Ary Hartanto dan Rode Ayu dari Tim Percepatan Pengembangan Sejarah dan Warisan Budaya.
Masing masing membahas Merespon Pergeseran Tren Global Wisata Budaya dan Identifikasi Jalur Wisata Berbasis Budaya di 4 Kabupaten.
Setelah sesi tanyajawab, acara dilanjutkan dengan diskusi kelompok dengan tema Gagasan Pengembangan Jalur Wisata Budaya dan Sejarah. Para peserta Bimtek mengikuti acara ini dengan serius dan masing masing mengemukakan persoalan persoalan yang mereka hadapi di lapangan agar mendapat solusi pemecahan secara bersama.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun menyambut baik pelaksanaan Bimtek tersebut. Menurutnya ini merupakan langkah strategis untuk menggali kekuatan sejarah dan budaya yang dimiliki perbatasan NTT.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News