
”Tinggal strategi waktunya. Kapan didiskon? Ya pas lagi sepi seperti di awal tahun. Penawaran apalagi dengan diskon pasti menciptakan permintaan,” imbuh Anas.
Ke depan program-program serupak akan terus dilakukan Banyuwangi. Seperti saat bulan puasa. Dimana bisa dipastikan tingkat kunjungan wisatawan nusantara menurun. Apalagi Banyuwangi mengandalkan wisata alam seperti pegunungan, pantai, dan taman nasional.
”Maka pas bulan puasa nanti, paket wisatanya kita konsentrasikan ke pasar non-Muslim. Wisatawan Australia, misalnya. Kita galang mereka lewat Bali melalui paket wisata di Banyuwangi,” ujarnya.
Sementara itu menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya Wonderful Banyuwangi Hot Deals sangat tepat. Program ini berhasil diterapkan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Di tahun 2018, target 500.000 paket pun terlampaui bahkan sebelum akhir tahun 2018.
"Ini juga kita terapkan di Jakarta dan Bali untuk mendongkrak kunjungan wisatawan di low season. Program ini untuk mendorong wisatawan untuk berwisata dengan iming-iming harga murah. Imbasnya tentu terisinya slot kosong di industri pariwisata. Sekaligus mencapai target 20 juta kunjungan wisman di tahun 2019," ujar Menpar.
Lebih lanjut Menpar menerangkan, program Hot Deals bukan merupakan program banting harga. Tetapi bertujuan menggunakan kapasitas yang harusnya tidak terpakai (idle capacity) menjadi hal yang bermanfaat. Dari idle capacity ini akan dijual dengan harga yang sangat menarik yang melibatkan berbagai industri yang ada di Banyuwangi.
"Kita hanya memanfaatkan slot kosong. Dimana pada low season wisman cenderung sepi. Ini yang kita manfaatkan dengan cara memberikan penawaran harga yang tidak bisa mereka tolak," pungkas Menpar Arif Yahya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News