
"Apa yang terjadi dengannya?" Aku seperti tidak menyangka dan merasa sedih sekali. Orang yang aku cintai kini sudah tiada, dia yang menyuruhku untuk hidup tetapi dia yang tidak hidup."
Tidak menyangka hal ini akan terjadi. Keesokokan harinya, aku mencoba mencari tahu kenapa ia meninggal.
Teringat, aku melihat catatan terjatuh di loteng lantai 4 itu sewaktu aku mencoba bunuh diri. Aku berlari ke loteng untuk mendapat catatannya.
Aku melihat disana ia banyak menuliskan kisah sedih, terlebih saat pertama kali ia terlibat kecelakaan mobil bersama dengan kedua sahabatnya. Sepertinya ia merasa bersalah atas hal itu, karena hanya dia yang selamat dari kecelakaan maut itu.
Delapan tahun berlalu, aku pergi ke sebuah kedai kopi di dekat terminal Blok M. Selama delapan tahun kepergiannya aku masih sangat sedih dan selalu memikirkannya.
Setibanya aku di kedai kopi tersebut, aku bertemu dengan ibu-ibu yang sedang memasukkan bingkai foto. Ia pemilik kedai, dan ibu dari Joseph. Aku tahu karena aku melihat bingkai foto dengan foto Josep dimasukkan ke dalam dus oleh ibu itu.
Aku bertanya kepadanya, ibu itu menjelaskan putranya bunuh diri karena rasa bersalah. Rupanya saat itu kedua orang tuanya adalah keluarga kaya raya, ia selalu diberikan fasilitas dan uang. Tetapi, bukan itu yang diinginkan Josep.
Selain itu, di sekolah lamanya. Ia dan kedua sahabatnya sedang bolos sekolah, Joseph lah yang mengajak mereka tak masuk sekolah. Mereka pergi ke Puncak, Jawa Barat.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News