
Menurut Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Bali, Anak Agung Gede Yuniartha Putra, sampai akhir Oktober 2018, kunjungan wisman di Bali baru mencapai 80% dari target. Sangat sulit memenuhi target sebesar 6,5 juta kunjungan wisman ke Bali karena bencana yang terus datang.
“Sampai Oktober baru sekitar 5,2 juta wisman. Targetnya 6,5 juta sampai akhir tahun,” ungkap Anak Agung Gede Yuniartha Putra, beberapa waktu lalu.
Berita mengenai bencana tak ayal menjadi momok menakutkan bagi wisman. Mereka tak segan menunda ataupun membatalkan rencana perjalanannya ke Pulau Dewata.
Ditambah lagi, tiap adanya bencana alam, negara kompetitor Indonesia terkait pariwisata kerap menyudutkan Bali.
“Australia yang paling kencang. Setiap ada apa selalu bilang Bali sudah rusak. Padahal kan tidak. Thailand juga,” keluh Kadis.
Padahal, wisman Australia menjadi salah satu kontributor wisman terbesar ke Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di bulan September kemarin Australian Menyumbang 101,11 ribu wisman. Padahal di tahun sebelumnya, Australia menyumbang 550,52 ribu di periode yang sama.
Guna meminimalkan dampak rumor bencana di Bali, Yuniartha memaparkan, pihaknya kerap mempromosikan Bali dalam keadaan aman. Salah satu cara yang paling sering dilakukan adalah mengabarkan jarak antara pusat bencana dengan Bali..
“Seperti pas Palu kemarin, kita langsung buat pernyataan. Palu itu jaraknya berapa jauh dari Bali. Kalau naik pesawat butuh 2 jam untuk sampai ke Bali. Ya seperti itu biar calon wisman mengerti bencana yang terjadi jauh dari Bali,” tuturnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News