Catatan Dahlan Iskan: Monorail Mau

Catatan Dahlan Iskan: Monorail Mau - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Setelah menurunkan turis bus harus pergi. Nanti, kalau mau meninggalkan tempat itu, turis harus berkumpul dulu di trotoar lebar depan toko-resto.

Kalau rombongan sudah lengkap, baru bus boleh dipanggil. Perlu waktu tunggu bus sekitar 15 menit. Waktu tunggu itulah yang mereka manfaatkan untuk cari makanan kecil, minum dan beli oleh-oleh. Rezeki TikTok.

Kalau toh ide Anda itu ditentang mungkin karena satu hal: suara berisiknya KRL di Jakarta. Yang di Chongqing tidak menimbulkan suara berisik. Bukan KRL. Ia monorail. Rodanya bukan besi. Rodanya karet. Relnya juga bukan besi. Relnya beton.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Apartemen Kereta

Sedang yang di Jakarta sudah telanjur KRL. Mungkin para ahli sipil bisa mengatasinya. Setidaknya mengurangi.

Yang jelas, kenyataan di Chongqing itu sudah menghilangkan satu alasan penolakan yang lebih besar: soal keamanan. Padahal soal aman atau tidak para insinyur sipil pasti tahu cara mengatasinya.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Jonan Vatikan

Dengan adanya objek turis di Chongqing yang mempersoalkan keamanan pasti hilang. Bukan berarti tidak ada alasan lain untuk menentang ide Anda itu. Terlalu banyak alasan yang bisa dibuat. Kalau perlu dibuat-buat. Masalahnya tinggal satu: mau atau tidak mau.

Fisik saya memang di Chongqing Sabtu lalu. Tapi pikiran saya di Jakarta. Terutama bagaimana cara menguatkan jumlah kelas menengah di negara kita.(Dahlan Iskan)

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Bebek Wuhan

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya