
Wuhan memang terkenal dengan populasi bebeknya. Provinsi Hubei –Wuhan ibu kotanya– termasuk kaya air. Sungai terpanjang ketiga di dunia melewati Wuhan: Changjiang. Ada 120 danau di situ. Bebek berkembang baik karena banyak air.
Begitu banyak kisah sukses industri makanan di Tiongkok. Bebek Zhou Hei Ya salah satunya. Sudah go public di pasar modal Hong Kong.
Sebelum pulang saya membeli satu bungkus sayap. Ketika bungkus itu saya buka, isinya bungkusan-bungkusan kecil. Satu bungkus satu sayap. Dengan demikian kalau hanya ingin makan satu sayap, sayap-sayap yang lain masih terjaga steril di dalam bungkusnya masing-masing.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Naik Apollo
Saya menyukai rasanya. Lidah Indonesia tidak terlalu asing pada rasa itu. Memang delapan macam bumbu dipakai merebus bebek itu. Beberapa di antaranya sudah kita kenal. Misalnya cengkih dan kayu manis. Bahkan cengkihnya dari Indonesia.
Kalau misalnya disandingkan, pilih mana: bebek Zhou Hei Ya dari Wuhan atau bebek Sinjai dari Bangkalan, Madura. Saya masih pilih bebek Sinjai.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Debat Santri
Tapi sebenarnya tidak bisa dibanding-bandingkan begitu. Bebek Sinjai untuk lauk makan nasi. Bebek Zhou Hei Ya untuk camilan.
Bedanya lagi, seterkenal bebek Sinjai masih tetap mempertahankan cara dan gaya penyajian lamanya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Matahari Kembar
Zhou Hei Ya sudah sudah mengubah bebek dari sekadar lauk menjadi makanan ringan. Untuk lauk hanya dipakai makan dua kali. Sebagai camilan bisa dimakan kapan saja, sampai mulutnya lelah.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News