Catatan Dahlan Iskan: Bebek Wuhan

Catatan Dahlan Iskan: Bebek Wuhan - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Banyak filsafat bisnis yang dikemukakan kepada kami di kunjungan itu. Misalnya, "berbisnis itu jangan semata mengejar keuntungan".

Makanan, menurut Mr Zhou, tidak mengenal negara, suku, agama, golongan. Apa pun agamanya, orang harus makan. Maka, seharusnya, makanan bisa menjadi pemersatu bangsa.

"Saya ingin makanan Tiongkok diterima di seluruh dunia. Dan makanan dari seluruh dunia bisa diterima di Tiongkok," katanya.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Naik Apollo

Meski pabrik bebek ini terbesar di dunia, ia tidak punya peternakan bebek. Bebek-bebek itu dipasok oleh pemasok dari wilayah sekitar Wuhan.

Pabrik bebek tinggal menerima bebek sudah dalam keadaan dipotong dan dibersihkan. Sayap sudah dikumpulkan sesama sayap. Leher sesama leher. Ceker sesama ceker.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Debat Santri

Sampai di pabrik potongan bebek itu dicuci lagi dengan air steril. Pakai mesin. Dipotong-potong lagi menjadi lebih kecil. Pakai mesin. Direbus dengan bumbu. Pakai mesin. Dikemas. Pakai mesin. Didistribusikan ke seluruh negara. Juga diekspor. Belum sampai Indonesia tapi tinggal tunggu waktunya.

Seluruh mesinnya terbuat dari stainless steel. Sampai pun ke parit-paritnya. Pabrik ini mencapai kebersihan dan kesehatan setingkat dengan pabrik farmasi.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Matahari Kembar

Mr Zhou sebenarnya orang Chongqing. Ia hanya tamat SD. Umur 19 tahun bekerja membantu kakaknya yang jualan bebek. Setahun kemudian Zhou merantau ke Wuhan. Usaha bebek sendiri. Jarak Chongqing-Wuhan seperti Jakarta-Surabaya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya