Catatan Dahlan Iskan: Naik Apollo

Catatan Dahlan Iskan: Naik Apollo - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Mobil Apollo yang disediakan untuk kami pagi itu adalah generasi kelima. Sebuah perjuangan yang panjang. Generasi kelima itu sudah lebih maju dari mobil sejenis di Amerika –yang pernah saya coba di San Francisco tahun lalu.

Yang di Amerika itu setara dengan generasi keempat Apollo. Masih terlihat kamera dan radarnya yang bertengger mencolok berputar di atas atap mobil.

Di Apollo generasi kelima radar dan kameranya sudah hampir tidak terlihat. Sudah menyatu dengan mobilnya. Ketika mendesain Apollo generasi lima, semua kebutuhan sudah diakomodasikan dalam desainnya.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Debat Santri

Sampai ke generasi kelima itu belum boleh ada penumpang di kursi depan. Kursi depan kiri, yang biasa untuk pengemudi, dibiarkan kosong. Pun kursi depan kanan: harus kosong. Penumpang harus hanya di kursi belakang.

Satu mobil boleh diisi tiga orang. Tiga-tiganya di kursi belakang. Ada tiga sabuk pengaman di situ.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Matahari Kembar

Maka kami pun masuk bertiga bertiga. Yang lima orang lagi menunggu giliran mobil kami kembali ke pangkalan.

Setelah kami bertiga duduk mobil belum mau berjalan. Kami harus mengenakan sabuk pengaman. Setelah itu barulah muncul beberapa pilihan di layar sentuh. Di antaranya ''start'' dan ''SOS''.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Balik Kucing

Kami menyentuh tanda ''start''. Mobil pun berjalan. Dua penumpang sebelah saya exciting. Berfoto. Bervideo. Terutama ketika berbelok. Setirnya berputar sendiri seperti ada hantu yang memutarnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya