
Ethiopia menyadari bendungan itu akan mengganggu pertanian di Mesir. Tapi hanya sementara. Sampai semua air dari hulu memenuhi waduk rakasasa itu. Setelah waduk penuh, air ke Mesir akan normal lagi.
Bendungan itu menghasilkan listrik. Listrik dan air adalah sumber kehidupan. Maka Ethiopia pun kini memiliki sumber kehidupan yang jelas. Wilayah pertaniannya dapat pengairan lebih baik. Listriknya untuk industrialisasi.
Bendungan itu kini sudah jadi. Dibangun oleh Itali. Waduknya sudah penuh. Kemarahan Mesir mestinya reda: belum. Waktu saya di Addis Ababa ini Mesir masih memboikot pertemuan penting di ibu kota Ethiopia. Yakni untuk membicarakan pemanfaatan bendungan oleh negara sekitar.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Kaya Gila
Tentu Anda tahu: saya ke Addis Ababa bukan untuk pertemuan itu. Apalagi mewakili perusuh Disway. Tapi saya begitu ingin ke bendungan itu. Tahun depan.
Saya ingin membandingkan dengan bendungan raksasa di Yichang, Tiongkok: Three Georges Dam.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Penyakit Tumbuh
Saya sudah tiga kali ke dam di dekat Chongqing itu. Sejak di awal pembangunannya. Lalu di awal operasi sebagiannya. Terakhir setelah sepenuhnya jadi.
Di Yichang, tiga kabupaten ditenggelamkan untuk waduk. Satu setengah juta penduduk dipindah. 30.000 MW listrik dihasilkan --hampir separo keperluan listrik seluruh Indonesia saat ini. Banjir besar yang dulu melanda lebih 10 kabupaten di dekat Wuhan pun tidak terjadi lagi.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Pertamax Oplos
Bendungan Kebangkitan di Ethiopia tidak sebesar itu. Tapi sudah yang terbesar di seluruh benua Afrika.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News