
Zelenskyy mungkin masih punya romantisme lama: sesama negara pejuang demokrasi Amerika harus mendukung. Apalagi pakta pertahanan NATO seharusnya kompak di belakang Ukraina.
Trump tidak peduli semua romantisme itu. Pikirannya fokus: mana yang menguntungkan Amerika. Itu juga sesuai dengan kepribadiannya selama menjadi pengusaha: harus menang dalam setiap negosiasi. Apalagi nego dengan pengusaha yang jauh lebih kecil.
Ukraina adalah kecil di mata Trump. "Dalam negosiasi ini Anda tidak punya kartu apa-apa," ujar Trump blak-blakan kepada Zelenskyy. Maksudnya: menyerahlah.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Penyakit Tumbuh
Zelenskyy memang menyerah: dalam hal tambang mineral tanah jarang. Ia serahkan tambang itu sebagai pembayaran atas bantuan Amerika.
Mineral tanah jarang sangat diperlukan Amerika. Khususnya untuk melawan Tiongkok yang kaya dengan tambang tanah jarang. Mineral langka itu sangat diperlukan untuk industri modern seperti chip, komputer, persenjataan. Amerika sebenarnya juga kaya tambang tanah jarang. Tapi aturan lingkungan yang ketat di Amerika membuatnya sulit menambang tanah jarang.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Pertamax Oplos
Zelenskyy kelihatannya juga sudah menyerah soal NATO. Awalnya Ukraina ngotot ingin menjadi anggota NATO. Itu untuk dapat jaminan keamanan permanen dari ancaman Rusia. Kengototan Ukraina itu yang membuat Rusia marah.
Saat mendapat kemerdekaan dulu, Ukraina sepakat tidak akan menjadi anggota NATO. Ternyata Ukraina mendaftar jadi anggota NATO. Rusia merasa terancam. Pakta Warsawa, sebagai lawan NATO, telanjur dibubarkan. Ukraina pun diserang. Tiga tahun lalu. Terjadilah perang sampai sekarang.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Doa Sritex
Akibat tekanan perdamaian dari Trump, Zelenskyy terlihat bersedia tidak ngotot lagi menjadi anggota NATO. Tapi Zelenskyy minta jaminan Amerika. "Apa jaminan keamanan permanen dari Anda untuk Ukraina?" tanya Zelenskyy blak-blakan pada Trump.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News