
Alwi kawin dengan dunia jurnalisme. Ia menerbitkan koran mahasiswa. Kalau aktivis di Jakarta menerbitkan Harian Kami (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), di Makassar Alwi menerbitkan Harian Kami Makassar.
Jadilah Alwi wartawan aktivis. Sampai pernah ditahan polisi. Tapi ia tidak pernah mau berhenti demo. Sampai pun ia tidak bisa lulus kuliah.
Harian Kami Jakarta didirikan oleh tokoh aktivis seperti Nono Anwar Makarim, ayahanda mantan Mendikbud Mas Menteri Nadiem Makarim.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Malam Pertama
Di Makassar oleh Alwi. Di Surabaya oleh Agil Haji Ali. Koran aktivis mahasiswa serupa juga terbit di Banjarmasin, Yogyakarta, dan Bandung.
Kian tahun perusahaan pak JK terus berkembang. Pun perusahaan milik Aksa Mahmud.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Dana Anagata
Alwi juga punya banyak perusahaan. Tapi perusahaan korannya mati. Orde Baru sudah mulai stabil. Berita koran yang 'panas-panas' sudah kurang laku.
Alwi mencoba menghidupkan korannya dengan nama baru: Harian Fajar. Mati lagi. Tidak hanya mati satu kali tapi tidak mati mati.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Bukit Wangbuliao
Akhirnya Alwi menemui saya di Surabaya. Ia minta agar Fajar bergabung ke grup Jawa Pos yang saya pimpin.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News