
Setiap kali bertemu orang Bandung saya sering bertanya: mengapa tidak mau terbang lewat Kertajati.
"Bagi kami, orang Bandung, lebih cepat terbang lewat Halim. Jurusannya juga banyak," ujar Djoni Toat Mulyadi. Saya ngobrol panjang dengan Djoni di lantai 26 Hotel Westin, Kuningan, Jakarta. Sambil menunggu acara The 11th South Asia, Chinese Clans Friendship Conference yang diadakan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI).
"Apalagi sekarang ada Woosh," tambahnya. "Setengah jam sampai Halim," tambahnya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Perusuh Bocor
Djoni, seorang Tionghoa mualaf, adalah pengacara. Juga pegiat sosial. Ia pernah punya banyak bisnis karaoke, night club, dan sejenisnya. Sekaligus di beberapa kota. Sejak ramai obat terlarang masuk tempat hiburan malam ia akhiri semua jenis bisnis itu.
"Kalau dilakukan jajak pendapat, lebih 100 persen menginginkan bandara Husein dibuka kembali," katanya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Manajer Istri
Djoni mengingat betapa banyak turis belanja dari Singapura dan Malaysia yang datang ke Bandung. "Kita pun mudah kalau mau ke Singapura," katanya.
Bersama Djoni Toat Mulyadi--
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Habib Bola
Setelah itu saya ke Cirebon pekan lalu. Bank Indonesia Cirebon sedang mengumpulkan para pengusaha dan pejabat dari lima kabupaten/kota di wilayah kerjanya: kota Cirebon, kabupaten Cirebon, kabupaten Majalengka, kabupaten Kuningan dan Indramayu. Nama acaranya: Ngariung sa Ciayumajakuning 2024.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News