
Kita punya titik lemah. Titik lemahnya satu: gagal saat tes membuat esai.
Ternyata Indonesia Emas 2045 perlu disiapkan sejak dari masalah esai. Mumpung masih 20 tahun lagi.
Diskusi di meja makan ini jadi lebih panjang. Sajian soto Lamongan, dengan isi bihun, sudah habis. Perlu tambah nasi putih, rendang, tahu sayur, dan kerupuk udang. Ups... tidak. Saya tidak makan kerupuk.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Taksi Kemudi
Saya puji juru masak di Wisma Indonesia. Terutama karena ia, orang Manado, bisa bikin soto Lamongan dan rendang yang enak. Alangkah sedapnya kalau ia bikin woku dan dabu-dabu.
Kelemahan dalam membuat esai kelihatannya sepele. Tidak menyangkut ilmu dasar pilihan akademisnya. Tapi mereka yang pintar-pintar itu toh gagal di esai dalam tes masuk UC Berkeley.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Bismillah Karnaval
Padahal mereka sudah dilatih khusus untuk membuat esai. Satu bulan penuh. Menjelang tes masuk. Toh gagal.
Diskusi kian menarik. Mengapa kegagalan itu terjadi. Ketemulah penyebab di hulunya. Anda pun sudah tahu penyebab di hulunya itu: tidak dimilikinya critical thinking.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Anwar Berkeley
Anda bisa tidak setuju. Anda bisa bilang penyebabnya bukan itu. Sayangnya Anda tidak terlibat dalam diskusi sehingga tidak terekam di sini.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News