
Malamnya saya kumpul mahasiswa Indonesia lagi. Di kota Fuzhou. Satu jam dari Fuqing. Julian ikut ke Fuzhou. Makan malam lagi. Di restoran Indonesia di Fuzhou.
Nama restonya: Bandung (万隆). Pemiliknya memang asal Bandung: Hartanto Wiratama Tanto. Ia punya istri orang Xiamen.
Hartanto kini menjadi ketua Warung Kopi Fujian (lihat Disway kemarin), menggantikan Christopher Tungka.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Liem Din
Coba saja masih di Fuqing, atau di Fuzhou, bisa nobar seru di resto Bandung. Ups...tidak bisa. Tanto sendiri sudah punya tiket terbang ke Qingdao: nonton timnas langsung di Qingdao.
Tapi saya di Nanchang. Nonton sendirian. Tidak mau minta diadakan nobar. Kalau pun ingin nobar pasti yang lain pro Tiongkok --alangkah tersiksanya batin.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Warung Kopi
Yang juga menyesal tidak bisa nonton ke Qingdao tidak hanya saya. Juga seorang dokter Sahabat Disway: dr Jagaddhito. Ahli jantung. Aktivis mahasiswa saat di Unair. Lalu ambil spesialis jantung di UGM. Sekarang ia bertugas di RSUD Brebes, Jateng.
Jagaddhito akan sekolah di Qingdao --di Ri Zhao, dekat Qingdao. Beberapa hari lagi ia berangkat. Tiket sudah terbeli. Tidak bisa dimajukan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Sedih Tidak
Jagadito --putra mantan rektor ITS Prof Priyo Suprobo-- akan menjadi dokter Indonesia angkatan pertama yang disekolahkan ke Tiongkok. Ada 70 dokter di angkatan pertama ini. Pertanda di soal kedokteran pun Indonesia mulai kiblatain: barat dan timur.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News