
Tidak usah khawatir, kata mereka. Kini sudah ada aplikasi untuk mendatangkan sopir panggilan!
"Nanti Bapak bisa lihat sendiri," kata mereka.
Maka, gelas kecil bai jiu pun terus berdenting. Saling sulang. Sepanjang dua jam makan malam. ”Gan bai!”
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Paling Pedas
Malam itu menunya baru –untuk saya. Hotpot, tapi bukan mirip Haidilao. Juga, tidak mirip gaya Sichuan, Mongolia, maupun Niu Jie-nya muslim Beijing.
Ini hotpot bubur.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tomboy Jago
Ada bubur nasi encer di panci di tengah meja. Kompornya listrik. Bubur mendidih. Panas. Uap mengepul. Irisan-irisan ikan kerapu dimasukkan ke bubur itu. Diaduk. Matang. Irisan ikannya diangkat. Disajikan.
Fillet ikan itu dimakan dengan ramuan bumbu seperti di Haidilao. Ada sembilan bahan ramuan. Pilih sendiri kombinasinya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Mini Ekspose
Saya pilih kombinasi saus wijen, bawang putih, taoco, saus tomat, dan dua jenis irisan daun bawang. Saya tidak memasukkan cabai, cuka, dan beberapa jenis minyak.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News