
Selain itu, kopi Wanoja juga memasok pasar lokal, khususnya untuk roaster.
"Buat lokal bisa mencapai 50 ton kopi. Paling banyak penjualannya masih di Pulau Jawa," katanya.
Untuk metode paling mahal, Satria menyebut natural lantaran membutuhkan waktu penjemuran yang cukup panjang, sedangkan paling murah ialah wash karena lebih simpel dan cepat.
BACA JUGA: Pegadaian Kanwil Jabar Raih Penghargaan Narasumber Perusahaan Terbaik IWEB Award 2024
"Paling mahal Rp 248ribu per kg dan yang standar Rp 188ribu per kg. Kalau signature kita itu natural bisa dibilang favoritnya,' ucapnya.
Lebih lanjut, sebagai seorang petani kopi, Satria menilai kendala utama adaah perubahan cuaca.
BACA JUGA: Pentingnya Kontribusi Peternak Domba, OJK Jabar Dorong Pengembangan Sektor Unggulan
"Karena kalau tidak mendukung pas kita jemur biji kopi, bisa butuh waktu lebih lama dan lebih panjang. Harusnya kita sudah panen, jadi harus tertunda. Dampak dari perubahan cuaca, di kebun banyak tanaman yang kering, rontok, sehingga hasil panen berpotensi berkurang," jelasnya. (*)
Video heboh hari ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News