Catatan Dahlan Iskan: Sosiologi Ekonomi

Catatan Dahlan Iskan: Sosiologi Ekonomi - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Sejak pabrik gula BUMN disatukan di bawah satu perusahaan, dilakukanlah rayonisasi. Tebu dari kebun dekat pabrik A harus digiling di pabrik A.

Arif memang pernah menjadi komisaris di salah satu perusahaan BUMN bidang gula. Rupanya ia terus mengamati apa yang terjadi. Lahirlah disertasi ini: Arif memperoleh predikat cumlaude.

Saat diminta bicara, saya bertanya pada promovendus: setelah jadi doktor akan ke mana, kerja apa.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Faisal Basri

Saya memang pernah punya kesimpulan: masa depan terbaik wartawan adalah menjadi dosen. Dosen yang ilmunya banyak.

Saya pernah mendorong wartawan untuk jadi pebisnis. Banyak gagal. Wartawan itu punya jiwa mudah terharu. Pebisnis tidak boleh mudah terharu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Nostra Aetate

Saya juga sering mendorong wartawan jadi politisi. Banyak juga yang gagal: wartawan terlalu sering memakai hati nurani. Jadi politisi tidak perlu punya hati nurani.

Saya berpendapat, saat itu, seseorang yang sudah 10 tahun jadi wartawan sebaiknya kuliah lagi mengambil S2. Dengan biaya sendiri. Kalau berhasil lulus semua biaya S2 diganti Jawa Pos.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Babi Teknologi

Dengan gelar S2 mereka bisa jadi dosen. Apalagi S3. Tidak perlu lagi harus habis-habisan banting tulang di lapangan. Akan kalah dengan wartawan yang muda-muda.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya