Catatan Dahlan Iskan: Pikul Agama

Catatan Dahlan Iskan: Pikul Agama - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

"Mboten menapa-menapa," kata Novi lagi.

Maka saya pun terus memikulnya. Sepanjang Jalan Lombok. Penuh manusia di kanan-kirinya. Sebagian menonton. Ada juga yang tiba-tiba ke tengah jalan, menghadap tandu, lalu sembahyang di depan saya –maksud saya di depan Dewa Cheng Ho.

Sambil memikul tandu saya melirik ke kiri: ada toko lumpia Jalan Lombok. "Oh, ini lumpia yang terkenal itu," kata saya dalam hati. Toko lun pia itu masih tutup. Saya menelan ludah.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Momentum Tol

"Sampai di mana saya akan memikul ini," kata saya dalam hati. Begitu banyak yang ingin bergantian memikulnya. "Sampai mulut jalan Lombok saja," tekad saya.

Maka begitu keluar ke jalan besar –saya lupa nama jalan itu– saya serahkan posisi saya ke yang lain. Saya berjalan di sebelahnya.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Pipa Pipih

Ingatan saya juga ke pelajaran pertama saat di pesantren dulu: kitab Arbain. Yakni kumpulan 40 ucapan penting Nabi Muhammad yang dihimpun dalam kitab Arbain. Semuanya hadis yang kuat –terlihat dari siapa penghimpunnya: Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Salah satu yang selalu terngiang dari Arbain adalah ucapan Nabi yang satu ini: innamal a'malu binniyat. Semua perbuatan itu tergantung pada niatnya.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Tanah Timbul

Niat apakah yang muncul di lubuk hati saya saat memandu Dewa Cheng Ho itu? Biarlah hanya saya dan arwah Cheng Ho yang tahu. Kalau Tuhan kan sudah Mahatahu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya