Catatan Dahlan Iskan: Hantu Pocong

Catatan Dahlan Iskan: Hantu Pocong - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Tidak ada truk. Tidak ada trailer. Yang ada adalah jumbo beroda 18. Besar, panjang dan tertutup. Di belakang ruang kemudi ada ruang untuk kamar tidur sopir. Pun 18 wheeler sejumbo itu juga ngebut.

Saya amati hiburan di garis lurus itu: ada yang baru. Kontainer yang diangkut kereta itu bersusun dua. Alangkah hematnya angkutan barang antar kota dengan cara Amerika ini. Kontainer diangkut kereta api. Tumpuk dua pula!

Memasuki wilayah Arizona mulai ada pemandangan lain: batu. Bukit batu. Gunung batu. Gurun batu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Pasir Putih

Dari Mekah ke Madinah juga serba batu. Anda sudah tahu: di sana warna gunung batunya hitam. Di Arizona gunung-gunung batunya berwarna coklat muda. 

Garis-garis lurus itu pun akhirnya sampai kota Yuma. Inilah kota yang juga dibelah dua: separo di Amerika, separonya lagi di Meksiko.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Gemah Ripah

Pagar pembatas dua negara pun terlihat lagi. Pun setelah Yuma, pagarnya terlihat lebih nyata: pagar di tengah gurun. Lurus seperti garis di buku tulis. Gurun panas nan luas diberi pagar. Gurun di sisi Amerika, gurun pula di sisi Meksiko.

Untungnya, saya semakin percaya pada suami Janet. Di sepanjang bentangan El Paso hingga Tucson, hampir selalu ada orang yang mengemudikan mobil. Saya hanya membantu dua jam lebih awal: dari El Paso ke Gila Bend.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Lewat Jam

Ternyata kemampuan suami Janet tidak perlu diragukan. Bahkan lebih stabil --cepatnya. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya