
Saya tetap bangun jam 03.00: cari komentar pilihan. Masih jam 3 sore di Jakarta. Sebenarnya masih terlalu dini dari kebiasaan. Minta maaf pada komentator rebahan yang kirim komentar setelah jam itu. Saya pasti melewatkannya hari itu.
Saya juga harus menulis naskah untuk Disway. Juga terlalu dini dari jadwal biasanya. Tapi apa boleh buat. Terlalu telat kalau menunggu selesainya sidang. Bisa saja saya tulis sambil antre. Tapi siapa tahu antrean pendek.
Saya begitu disiplin menjaga deadline Disway. Di mana pun saya berada. Pun di balik dunia ini, yang sore di Jakarta subuh di Amerika. Agar setiap jam 04.00 WIB Disway bisa terbit. Maka ketika membaca ada komentar hari itu jam 04.00 belum terbit saya nyaris jadi Prof Pry.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Untung Siska
Beres. Jam 04.00 Lia sudah bangun. Saya minta maaf membuat tidurnyi lebih pendek. Dia harus membantu saya membukakan pintu luar apartemen. Lia jadi Bu RT di Queens. Biasa terima pengaduan warga jam berapa saja.
Lia juga yang memesankan Uber sore kemarin. Uber datang tepat waktu: 04.00. Sejenis Alphard. Sopirnya Tionghoa. Saya pun bernihao dengannya. Saya jadi tahu asalnya dari mana di Tiongkok sana. Bagaimana ia menjemput istri dan anak untuk ikut tinggal di Amerika.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: James Simple
Perjalanan Queens - Manhattan lancar. Setengah jam lagi tidak akan seperti itu --yang biasa komuter Depok-Jakarta akan bisa memahaminya.
"Tujuan Anda pengadilan?" kata Si Nihao terheran-heran sambil kembali melihat alamat di pesanan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Lia James
"Dui le," jawab saya. Entah bagaimana kok keyboard HP saya ini berubah: tidak bisa menulis huruf kanji.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News