Catatan Dahlan Iskan: Kafe Planologi

Catatan Dahlan Iskan: Kafe Planologi - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com/GenPI.co

Lembaga lain punya pilihan lain lagi:  Melbourne di Australia. Disusul Barcelona di Spanyol.

Saya tidak pernah mempersoalkan kriteria penilaian. Yang penting ada kriterianya. Dan yang lebih penting ada upaya untuk membuat sebuah kota semakin sehat bagi penghuninya.

Kekhawatiran gunung-gunung batu di dekat masjid Nabawi akan dihancurkan rasanya tidak perlu. Di bawah Putra Mahkota Mohamad bin Salman Saudi kian terintegrasi dengan dunia Barat.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Kafe Kaifa

Saya sendiri tidak khawatir. Terutama setelah naik bus dari Madinah ke Riyadh –lewat Buraydah.

Bus antar provinsi itu berangkat dari stasiun terminal baru. Masih di dalam kota –agak ke pinggir. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Madinah Kafe

Dari hotel menuju terminal ini saya baru tahu: Madinah itu kota besar. Tidak pernah saya keliling kota Madinah. Setiap kali umrah rutenya tetap: dari hotel ke masjid pp. Kesannya Madinah itu ya hanya sekitar masjid Nabawi.

Terminal baru itu tidak perlu saya ceritakan. Tidak ada yang baru. Sangat biasa. Hanya satu bangunan sekelas rumah tipe 120. Ada ruang penjualan tiket. Ada kios makanan. Ada pintu menuju bus.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Pelabuhan Perpisahan

Tanpa lewat pintu itu pun saya bisa menuju bus. Dengan mudah. Yakni lewat jalan raya. Bus ke Riyadh itu parkir di satu lapangan kecil di pinggir jalan raya. Bersebelahan dengan gedung terminal. Tanpa pagar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya