
Tidak ada pertanyaan apa pun. Petugasnya lebih ''mengerti'' soal beda nama itu. Orang lebih punya perasaan dibanding online. Komputer bekerja berdasar data. Manusia bisa berdasar pengalaman.
Satu-satunya persoalan di check in tinggal itu tadi: kursi prangko. Untuk jurusan Jakarta ke Abu Dhabi saya dapatkan kursi itu. Tapi Abu Dhabi ke Jeddah harus pisah.
Saya pura-pura marah ke petugas check in. Sekadar agar terlihat oleh istri bahwa saya serius berusaha. Lebih baik marah ke petugas daripada dimarahi istri.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Pemilu: Risang Bima
Memang istri saya tidak pernah ngata-ngatai saya ''goblik'' atau ''comberan'' tapi dari ekspresi kecilnyi saja saya sudah bisa menebak pedalaman hatinyi.
Dari layar komputer petugas itu saya baru tahu: kini ada kabin pesawat yang susunan tempat duduknya belum pernah saya lihat.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Kepentingan Umum
Separo kursinya menghadap ke belakang. Selang seling. Bukan seperti di beberapa kereta komuter: separo menghadap ke depan, separonya lagi ke belakang. Ini beda.
Pesawatnya Boeing 787 Dreamliner. Baris pertamanya: 1-2-1. Dua kursi yang di tengah itu menghadap ke depan. Di situlah saya dan istri. Untuk Jakarta-Abu Dhabi.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Madura Kali
Satu kursi di kiri dan satu kursi di kanan menghadapnya ke belakang. Baris keduanya terbalik: susunannya tetap 1-2-1, tapi posisi hadapnya kebalikannya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News