
Hilirisasi apa pun perlu modal besar –bahkan modal asing. Rudi tidak punya modal besar. Tapi tidak kehilangan akal. Ia menemukan hilirisasi porang gaya Sine: hilirisaai bertahap.
Rudi pun berdiskusi dengan teman spiritualnya: Ustad Mansur Shodiq. Dari Blitar. Alumnus pondok Gontor, Ponorogo. Juga alumni Yanbu-ul Quran, Kudus.
Mereka mendirikan De Porang. Singkatan dari Dewan Porang Pesantren Indonesia. Itu di bawah APIK (Asosiasi Pesantren Indonesia Kreatif). Ustad Mansur yang jadi ketua.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Setelah Putaran
Di situ ada Koperasi Produsen Nasional Tani Santri Mandiri Indonesia. Maka di Sine dibuat pabrik porang sederhana.
Baru untuk tahap awal dari keseluruhan hilirisasi porang. Yakni masih sebatas pabrik pencuci, pembuat cip, pengering cip, dan pembuat tepung.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Solusi Sapi
Petani porang Sine menyetorkan umbi ke pabrik itu. Di situlah dicuci, diiris-iris jadi cip, dikeringkan di oven, digilas jadi tepung.
Tentu tepungnya belum bisa diolah jadi makanan: masih mengandung asam oksalat. Yakni zat yang membuat porang sangat gatal di mulut.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Kaca Spion
Tepung itu masih harus dikirim ke pabrik pemisah tepung: minta dipisahkan glukomanannya dengan oksalatnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News