
Po sangat diuntungkan oleh berubahnya kurs dolar ke rupiah. Tiba-tiba dolar di level Rp 16.000. Dari sekitar Rp 4.200. Di tahun 1998.
Waktu itu Po masih dikenal sebagai pengusaha garmen. Nama perusahaannya sudah terkenal: Golden Flower. Mungkin Anda pernah juga membeli baju dengan merek itu di luar negeri.
Ekspor garmennya itulah yang membuat Po punya penghasilan dolar dalam jumlah besar. Ketika pengusaha lain menjerit akibat krismon Po kipas-kipas dolar.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Kelong Bay
Maka ketika harga properti jatuh, Po membelinya dengan dengan harga sangat murah –di mata dolar. Ketika banyak pengusaha bangkrut Po justru berkibar. Hotel Crown Plaza Semarang ia beli. Kini namanya Po Hotel.
Maka Po menjadi raja hotel di Semarang. Pollux Mall Paragon (hotel dan mal) adalah miliknya. Juga hotel plus apartemen Louis Kienne di Jalan Pemuda. Louise Kienne (juga hotel dan apartemen) di Jalan A Yani.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Ubah Batu
Lalu Louise Kienne hotel dan apartemen di Pandanaran. Masih ada Pollux Bank. Tentu masih ditekuni juga: Golden Flower.
Di Jakarta punya beberapa proyek serupa. Di Kuningan. Di Cikarang. Lalu di Batam tadi.
''Ke depan akan kami bangun juga rumah sakit. Itu wasiat Ibu Ainun Habibie,'' ujar Ilham.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Ompung Joglo
Po lebih muda dari saya. Anaknya juga hebat-hebat: William dan Nico. Po dikenal di Semarang sebagai orang yang membangun vihara Buddha terbesar di sana: Vihara Watugong. Di Semarang Selatan. Di pinggir jalan raya jurusan Solo.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News