Catatan Dahlan Iskan: IKN Pelit

Catatan Dahlan Iskan: IKN Pelit - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Tahu-tahu saya sudah di bawah bandara. Padahal saya suka mengagumi cantiknya desain bangunan.

Bandara tidak bisa dilihat dari bawah. Apalagi bawah sekali. Untuk sampai lokasi check-in harus naik eskalator empat kali. Lalu naik dua lantai lagi. Tibalah di ruang tunggu. Bagus. Indah. Tapi tidak bikin kagum.

Tidak seperti pertama mendarat di Bandara Beijing yang lama ketika masih baru. Waktu itu: whuuuus. Terasa sekali besarnya. Gagah. Gigantik. Luas. Lapang. Indah. Semua serbawah. Jadi satu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal DPR Amerika Serikat: Kawin Janji

Kali ini saya tidak bisa bercerita banyak soal bandara terbaru ini. Yang penting sudah merasakan lewat di situ.

Dua jam kemudian saya sudah mendarat di kota Nanchang. Inilah kota tempat saya pertama belajar bahasa Mandarin dulu. Ini tergolong kota kecil di Tiongkok. Mungkin urutan ke-20. Tapi kekuatan ekonominya melebihi Jakarta. Pun banyaknya gedung pencakar langit.

BACA JUGA:  Kemenkumham Pindahkan Tempat Penahanan Ferdy Sambo dan Putri Chandrawati

Tiba di Hotel Shangri-La sudah malam. Sudah hafal. Sudah sering tinggal di situ. Pagi-pagi suka olahraga di halaman sampingnya. Atau di taman di pinggir sungainya.

Atau, kalau hujan, di dalam gym-nya yang luas dan alat-alatnya sangat lengkap. Saya tidak pernah menggunakan alat-alat itu. Saya pilih di sela-selanya: untuk tetap senam dansa. Dengan lagu dari speaker Xiaomi yang paling mungil.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Lao God Bless

Di depan lobi hotel ini, di sebelah pintu masuk, kini ada pemandangan baru: seperti lemari kaca berisi kotak-kotak. Berpintu. Bernomor. Ada barcode di tengahnya. Sebelum Covid tidak ada barang itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya