
GenPI.co - SAYA ke Jambi kemarin. Jadi saksi perkara seperti itu lagi. Di PTPN 6 di sana. Saya khawatir tidak cukup waktu untuk menulis. Saya ingat teman saya yang satu ini.
Setelah Covid-19 berlalu, orang seperti Adharta tidak bisa diam. Ia sudah memilih lagi bidang pengabdian berikutnya: menangani stunting. Kemarin ia mulai rapat soal itu. Dengan para mantan aktivis –relawan Covid-19.
Anda masih ingat: Adharta adalah ketua relawan KILL Covid --singkatan dari Komunitas Indonesia Lawan Libas Covid-19. Anggotanya sampai 20.000 relawan. Di banyak kota.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Donald Trump: Setara Mati
Ia sendiri tiga kali kena Covid. Tiga kali masuk ICU. Masing-masing 10 hari. Pun sampai sekarang, masih terkena long Covid: pendengarannya masih terganggu. Telinganya tidak bisa stereo.
Sudah berobat ke mana-mana: termasuk ke Australia dan Singapura. Ia punya rumah di sana. Anak-cucunya ada yang tinggal di dua negara itu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Bambu Ijuk
"Akhirnya saya harus pakai alat pembantu pendengaran. Tidak banyak menolong juga," katanya.
"Memang dokter sudah mengatakan tidak bisa lagi dipulihkan," tambahnya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Luhut Binsar Pandjaitan: Nilai Rocky
Ia pebisnis sukses. Di bidang kapal. Tapi saya baru tahu ayahnya ternyata pegawai Pelni. Itulah sebabnya Adharta lahir di kota yang saya belum pernah ke sana: Kalabahi. Di pulau Alor. Tetangga utara Dili, Timor Leste.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News