
Prof Surya mengutip sebuah studi yang dilakukan oleh International Data Corporation atau IDC Asia-Pacific Enterprise Cognitive. Menurut penelitian itu pada tahun 2018, Indonesia memiliki tingkat adopsi AI tertinggi di Asia Tenggara. Nilainya sebesar 24,6 persen. Diikuti oleh Thailand (17,1 persen), Singapura (9,9 persen), dan Malaysia (8,1 persen).
Studi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat pertama di Asia Tenggara untuk AI. Namun, peringkat ini mungkin berubah seiring dengan perkembangan AI di negara-negara lain. Prof Surya ini unik. Sekolahnya selalu di negeri.
"Waktu itu saya lihat sekolah negeri di dekat rumah bagus-bagus," katanya. "Dan lagi, waktu itu, orang tua tidak sanggup membiayai sekolah yang mahal. Ayah pensiunan tentara tapi pangkatnya masih sangat rendah. Ibu buka warung kecil di depan rumah," katanya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal IKN Nusantara: Boyongan Kapal
Setelah lulus dari SD Pulogadung 2 Sore, ia masuk SMPN 90. Lalu ke SMAN 12. Kuliahnya pun di Universitas Indonesia (UI) jurusan fisika.
Di gelar master dan doktor yang ia peroleh dari perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat: Collage of William and Mary. Di Virginia. Waktu meraih gelar doktor fisika itu, nilai GPA-nya sempurna: 4.0.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Mahasiswa di Malang: Mata Air
Saya ingat anak Surabaya yang pernah saya temui di Singapura dan Shanghai. Maria Audrey Lukito atau Audrey Yu Jia Hui. Yang umur 16 tahun sudah meraih gelar doktor fisika dari perguruan tinggi yang sama. Dengan predikat summa cum laude.
Sampai-sampai waktu ke Virginia saya sempatkan mampir ke kampus itu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Nama Logo
Anak Prof Surya juga kuliah di Collage of William and Mary. Yakni anak ketiga. Putri. Marcia Ann. Anak itu di usia 19 tahun sudah lulus S-1. Jurusan fisika. Juga di William and Mary tempat sang ayah ambil PhD dulu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News