
GenPI.co - Populasi Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja, Riau tinggal tersisa tujuh ekor setelah Si Betina Dita mati, Senin (7/10).
"Di Balai Raja tinggal tujuh ekor, dan mereka biasanya terdiri dari 2-3 kelompok," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, di Pekanbaru, Selasa (8/10).
Lokasi matinya Gajah Dita merupakan bagian dari Suaka Margasatwa Balai Raja yang kondisinya saat ini banyak beralih fungsi dari hutan menjadi permukiman warga, kantor pemerintahan dan kebun kelapa sawit.
Habitat asli Gajah Sumatera sudah sangat terbatas, sementara kawanan Gajah sangat membutuhkan makanan dan tempat berlindung.
BACA JUGA: Mengenaskan, Gajah Sumatera “Dita” Ditemukan Mati di Kubangan
Karena habitatnya sudah banyak beralih fungsi, kawanan Gajah ini sering mencari makanan di kebun atau ladang warga. Aktifitas kawanan Gajah inilah yang kerap dianggap warga sebagai hama yang merusak kebun kelapa sawit.
Kawasan konservasi yang jadi habitat satwa dilindungi tersebut awalnya ditetapkan seluas 18.000 hektare (ha), namun kini tinggal tersisa kurang lebih 150 ha. Gajah liar yang ada kerap masuk ke perkebunan warga, dan Hutan Talang yang relatif masih terjaga karena menjadi area lindung perusahaan minyak PT Chevron Pacific Indonesia.
Ironisnya, ancaman alih fungsi lahan dan pemasangan jerat masih terus membayangi keberadaan Gajah yang tersisa. Gajah Dita adalah salah satu korban jerat pada 2014, yang menyebabkan kaki kirinya buntung sebagian.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News