Catatan Dahlan Iskan: Blast Furnace

Catatan Dahlan Iskan: Blast Furnace - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Saat itu PT KS sudah memiliki pabrik peleburan baja. Tapi belum dari hulu. Hanya bisa  mengubah baja yang sudah jadi menjadi baja yang siap jual. Itu membuat produk PT KS kurang kompetitif di pasar. Bahan bakunya mahal.

Maka Fazwar memprogramkan membangun yang lebih hulu dari yang sudah ada. Yakni blast furnace. Yang bahan bakunya bisa dari besi tua. Lebih murah.

Belakangan saya dengar: waktu itu terjadi perbedaan pendapat. Pilihan satu: membangun blast furnace lengkap. Sampai bisa memproduksi bahan baja siap jual. Pilihan dua: cukup blast furnace saja. Memproduksi baja cair saja. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal RUU Kesehatan: Lucut Senjata

Pilihan satu bisa membuat keseluruhan proses produksi lebih efisien. Blast furnace-nya langsung nyambung ke proses produksi berikutnya. Baja cair dari blast furnace langsung masuk cetakan bahan siap jual.

Tentu harga proyeknya lebih mahal. Belum tentu uang yang disiapkan cukup.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Wartawan Perang

Kelemahannya: pabrik yang sudah ada untuk apa. Kelemahan pilihan kedua: baja cair itu harus dikirim ke pabrik yang lebih hilir. Harus ada transportasi baja cair yang sangat panas ke pabrik yang akan mencetaknya.

Direksi memilih yang kedua. Investasi lebih kecil. Pabrik yang sudah ada tetap bisa bermanfaat. Toh jaraknya hanya sekitar 200 meter. Bisa dibangun rel. Baja cair yang panas itu diangkut dengan kontainer khusus. Dikirim lewat rel ke pabrik yang lebih hilir.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Windi Evi

Bujang sendiri sudah lama bekerja di KS. Sejak tahun 1975. Yakni sejak umur 28 tahun. Karirnya naik dan naik. Pernah jadi direktur teknik dan pengembangan PT KS. Artinya: ia cukup ahli dalam hal memilih teknologi. Lalu, di tahun 2007, Bujang menjabat direktur utama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya