
Untung saya sudah punya boarding pass ke Jambi. Saya lihat lagi di layar: sama dengan yang di boarding pass. Saya harus masuk ruang tunggu A7.
Ternyata saya salah. Yang benar harus ke A3. Salah nomor ruang tunggu seperti itu bukan lagi keluhan. Sudah dianggap kebenaran baru.
Sambil membaca novel saya perhatikan pengumuman di pengeras suara. Begitu sering ada pengumuman pindah ruang tunggu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Solid State
Layar komputer seperti dianggap lambang formalitas modernisasi bandara saja. Bukan isinya. Antara tulisan di layar, di gate, dan suara di pengumuman tidak harus sama.
Saking asyiknya novel itu telah mengganggu ritme saya. Di ruang tunggu seperti itu biasanya saya menulis naskah untuk Disway. Sampai turun di Jambi pun saya masih asyik dengan novel.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Open House
Justru kian asyik. Kian ingin tahu ending-nya. Sejenak saya melupakan tuntutan mutu pembaca Disway. Kali ini saja. (Dahlan Iskan)
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Kebenaran Baru
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News