Catatan Dahlan Iskan: Trio Kalayang

Catatan Dahlan Iskan: Trio Kalayang - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Instagram/dahlaniskan19

Novel pertamanya bagus sekali: tentang masa mudanya. Saat bergabung di militer. Cedera. Tidak jadi dikirim ke Vietnam. Lalu ditugaskan sebagai Polisi Militer Amerika di Jerman.

Pulang ke Kansas ia tidak punya rumah. Ia tinggal di dalam mobil di pinggir sungai. Berbulan-bulan. Ekonomi pedalaman Amerika menurun saat itu.

Novel keduanya ini tentang perjalanannya ke berbagai koran daerah di Indonesia. Mengajar jurnalistik, fotografi, dan layout di berbagai koran grup Jawa Pos. Sambil menanamkan benih-benih kebebasan pers di zaman otoriter Orde Baru. Sampai runtuhnya Presiden Soeharto.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Solid State

Pelaku utama di novel itu: bos harian Pos Pagi. Namanya Imam. Tentu itu novel. Fiksi. Tapi saya merasa ada di situ sebagai Imam. Kian lama membacanya kian seru ceritanya. Di novel itu.

Di kereta itulah saya mulai membacanya. Kereta bandara itu populer sekali. Kalau siang. Penuh. Murah: Rp 20.000. Banyak penumpang yang membeli karcis di dua jam yang berbeda. Kalau pesawat tiba terlambat masih tetap bisa naik kereta berikutnya. Toh dua karcis hanya Rp 40.000.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Open House

Memang kereta ini berisik: bermesin diesel. Tapi tiba di bandara tepat waktu. Tepat pula lokasi stasiunnya: benar-benar di dalam bandara.

Mudah pula mencari di mana lokasi hotelnya: di dalam bandara juga. Hotel baru. Masih bersih. Saya langsung masuk kamar. Mandi. Membaca. Sampai tertidur sendiri. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Kebenaran Baru

Pukul 03.00 pun bangun. Sudah terbiasa. Setelah urusan pribadi selesai, membaca lagi. Tidak perlu buru-buru ke bandara karena sudah di bandara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya