Catatan Dahlan Iskan: Badai Berlalu

Catatan Dahlan Iskan: Badai Berlalu - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya pun bertanya: Anda ini merasa orang NTT, Pontianak, Tarakan, atau Sorong?

"Saya orang Sorong," katanya.

Mimpi Kapten Rivai terus hidup di Sorong. Kebetulan ayahnya tidak  punya uang untuk membiayai Vier kuliah. Maka masuklah Vier ke akademi pelayaran. Yang biaya kuliahnya sangat murah: disubsidi kementerian perhubungan.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Menara

Setelah punya uang dari pekerjaannya di kapal, Vier ingin banting stir. Ia ingin kaya. Ia selalu berdoa di akhir tahajudnya: agar diberikan rezeki sederas aliran sungai dan seluas samudera. Doa itu dikabulkan. Ia kaya raya. Rupanya ia lupa berdoa yang satu ini: agar jangan sampai jadi buron interpol.

Tidak ada orang yang bisa kaya hanya menjadi pegawai. Kecuali sambil jadi maling. Maka ia ingin jadi pengusaha. Dan jalan untuk cepat kaya haruslah lewat bisnis di bidang keuangan.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Aceh Only

Maka ia kuliah finance. Di Amerika Serikat. Lalu bekerja di perusahaan keuangan di sana. Setahun penuh pekerjaan pertamanya hanya mengkliping berbagai laporan keuangan perusahaan. Ia jenuh. Minta pindah bagian.

"Boleh, tapi tidak di Amerika," ujar bosnya. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Aceh U-Hansa

"Di mana?"

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya