Catatan Dahlan Iskan: Aceh U-Hansa

Catatan Dahlan Iskan: Aceh U-Hansa - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sebelum ada ARC, panennya tidak begitu. Batang nilam dicabut. Akar, pohon, ranting dan daunnya dijemur. Setelah kering, batang, akar, dan daun itu dimasukkan drum. Untuk disuling. 100 kg nilam kering bisa menghasilkan minyak nilam 2 kg. Rendemennya 2 persen.

Itu yang diperbarui oleh ARC USK. Ditemukan cara baru budidaya nilam. Tidak boleh lagi dicabut. Tidak boleh lagi ladang berpindah. Harus menetap. Harus disertai pemupukan. Tanpa pupuk tumbuhan berikutnya jelek sekali.

"Tanaman nilam sangat rakus hara. Karena itu petani langsung pindah lokasi," ujar Syaifullah.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Suhu Besar

ARC memutuskan, petani harus menanam nilam di lahan yang sama. Ampas penyulingan harus ditampung dalam satu bak khusus. Dicampuri kotoran ternak. Difermentasi. Jadilah pupuk alami.

Penyulingannya pun tidak boleh lagi pakai drum bekas. Bisa menurunkan kualitas minyaknya: terkontaminasi fe dari besi drum. Maka drumnya harus terbuat dari stainless steel.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Putri Cowell

Dengan harga jual minyak nilam mentah di atas Rp 500.000/kg drum stainless steel itu harus diadakan. Petani masih akan bisa dapat penghasilan setara Rp 7 juta/bulan.

Kini Prancis percaya kembali ke nilam Aceh. Apalagi perusahaan Prancis terlibat langsung sampai ke USK.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Pelangi Kesepian

Sejak USK turun tangan tidak ada lagi perdagangan nilam lewat rantai yang panjang: Medan, Singapura, Eropa. Kini rantai panjang itu hilang: dari Aceh langsung Prancis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya