
Delapan calon ini diajukan ke dalam Pemilu akhir. Untuk dipilih salah satu: jadi presiden.
Pemilunya pakai kartu suara beneran. Pakai bilik suara beneran.
Pakai kotak suara plastik yang transparan. Lalu dihitung dengan dua cara: manual dan digital. Saling kontrol.
Selesai senam para santri bergegas ke asrama. Pukul 08.00 mereka masuk kelas ekstrakurikuler.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Gantar
Saya sendiri bergegas mandi. Pukul 08.00 menghadiri acara wisuda sarjana. Sekalian memberikan pidato wisuda.
Semua laki-laki pakai jas. Kecuali saya. Maka saya cari pinjaman jas. Mudah. Banyak jas di sana.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Gontor
Di auditorium Al-Zaytun itu, tempat wisuda itu, bergema gamelan Sunda. Waktu saya masuk auditorium lagunya Karatagan Pahlawan. Perjuangan para pahlawan. Penabuh gamelannya karyawan Al-Zaytun sendiri.
Setiap pembicara yang naik podium diiringi gamelan. Pun ketika meninggalkan podium.
Acara wisuda pun dimulai: tidak dengan pembacaan Alquran. Dua MC wanita minta hadirin membaca Basmallah.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Ibrani
Lalu seorang santri maju. Ia memimpin pembacaan asmaul husna. Tanpa nada. Diikuti semua yang hadir.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News