
GenPI.co - KAMI tiba di kompleks Al-Zaytun sudah sangat gelap. Tapi penjaga gerbang langsung tahu siapa yang datang. Mobil Syekh Panji Gumilang ini mencolok sekali: bendera merah putih selalu berkibar di antena depan.
"Merdeka!" sambut para penjaga gerbang itu.
"Merdeka!" jawab Syekh Panji.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Salmon
Saya, yang duduk di sebelahnya, masih agak canggung untuk ikut memekikkan ''merdeka''.
Saya pilih tersenyum saja ke para penjaga itu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: I-baru CSIS
Tidak ada sambutan Assalamu'alaikum di situ. Pekikan ''Medeka!'' sudah menjadi salam sehari-hari. Termasuk antara santri dan guru. Kalaupun tidak memekikkan "Merdeka!“ mereka saling melakukan "hormat militer": menempelkan telapak tangan terbuka di pinggir dahi. Dengan gerakan itu sudah sama artinya dengan mengucapkan "Merdeka!".
Tanpa pula harus berjabat tangan. Assalamu'alaikum masih sering terdengar. Jabat tangan masih sering juga terlihat. Tapi tidak sebanyak pekik "Merdeka!".
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Pedoman Stemcell
Begitulah suasana di gerbang masuk Al-Zaytun. Itulah gerbang barunya. Disebut juga gerbang utara. Dulu, untuk masuk pesantren ini hanya bisa dari gerbang selatan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News