
Ketika Hasan Ulama meninggal ''keguruan'' Satariyah diwariskan ke cucunya: Imam Mursyid Muttaqin. ia mati muda: dibunuh PKI dalam pemberontakan PKI Madiun 1948. Tujuh kiai kami dibunuh bersama.
Dimasukkan sumur hidup-hidup. Lalu ditimbun. Termasuk dua ustad kami yang didatangkan dari Mesir. Di Safari Ramadan ini saya tidak ke makam ayah. Saya baru saja ke Takeran seminggu sebelum Safari Ramadan.
Sekalian melihat proyek kecil-kecilan di situ. Setamat SD di Bukur saya sekolah di tsanawiyah dan aliyah Takeran. Karena itu Takeran juga saya anggap kampung saya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Donald Trump: Ringan Berat
Apalagi ayah juga besar di situ. Ayah jadi abdi dalem di rumah Hasan Ulama. Abdi kesayangan. Karena itu dikawinkan dengan ibu saya.
Dari makam ibu saya ke desa kelahiran. Ada dua janda tua bersebelahan rumah di Tegalarum: Yu Yah dan Yu Yat. Merekalah yang dulu kasihan pada saya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Sri Mulyani: Jaga Dara
Ketika pulang sekolah tidak ada makanan, mereka panggil saya makan di rumah mereka. Kadang di rumah Yu Yah. Kadang di rumah Yu Yat.
Sebenarnya ada beberapa rumah lagi di depan rumah orang tua saya. Itu rumah paman dan pak de. Tapi juga past tidak ada makanan di rumah mereka.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Donald Trump: Lalu Playboy
Sepuluh tahun kemudian, saya ajak istri saya, galuh Samarinda, berbulan madu di desa ini. Saya ceritakan jasa dua wanita itu –yang waktu itu belum janda. Maka waktu Safari Ramadan kali ini istri saya lebih banyak bercengkerama dengan mereka.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News