
Kata "boyong" di lakon itu belum bisa diterjemahkan secara persis menjadi "pindahan rumah". Ini bukan sekadar pindah rumah. Ini tentang Pandawa yang pindah ke kerajaan yang dijanjikan.
Awalnya direncanakan, lakon pementasan itu Bima Suci. Rencananya Laksamana Yudo juga memerankan tokoh Bima Sena. Skenario sudah jadi. Para pemain sudah ditetapkan. Bahkan sudah mulai latihan.
Ternyata Laksamana Yudo dipanggil Presiden Jokowi. Ia diberi tahu: harus boyongan tugas. Dari Kepala Staf TNI Angkatan Laut ke Panglima TNI. Yudo lantas kepikiran inisiatifnya mementaskan Bima Suci.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Kebakaran di Hong Kong: Kejutan Kwok
"Wah lakon itu sudah gak tepat lagi. Tapi keadaan sudah berubah," ujar panglima saat ngobrol dengan warga.
Lakon Bima Suci fokusnya hanya di laut. Cocok untuk Angkatan Laut. Yakni ketika Bima Sena mencari sumbernya air suci.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Ketum Partai Prima: Jabo Prima
Sebenarnya tugas pencarian itu jebakan maut yang dirancang musuh besar Pandawa. Yakni agar Bima Sena mau terjun ke lautan mencari sumber air suci di dasar samudera. Harusnya ia mati.
Pandawa bisa kehilangan panglima perangnya. Pandawa pun menjadi lemah dan kalah. Tapi lantaran itu perintah guru spiritualnya, Pandita Durna, Bima Sena menjalaninya juga. Dengan kesungguhan seorang santri.
Dengan keyakinan yang kuat. Dengan hati yang bersih tugas yang sangat bahaya pun bisa berhasil. Keyakinan yang kuat membuat alam berpihak padanya. Pandita Durna pun kecele.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News