
GenPI.co - Menjelang Imlek ini seorang pimpinan kelenteng menurunkan papan nama. Lalu menggergajinya. Ia marah, tapi tidak tahu harus marah ke siapa: organisasi kelenteng yang ia ikuti tidak kunjung rukun.
"Saya tidak mau lagi ikut organisasi. Toh tidak banyak gunanya," ujar pimpinan kelenteng tersebut.
"Kelenteng saya akan berdiri sendiri. Tidak ikut organisasi apa pun," tambahnya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Ngaji Wagiman
Begitulah situasi organisasi kelenteng di bawah Perhimpunan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Indonesia. Terutama sejak ketua umumnya yang legendaris itu meninggal dunia: Ongko Prawiro.
Ongko adalah bos besar pabrik kertas PT Jaya Kertas. Ia meninggal setahun yang lalu. Pekan lalu pengurus kelenteng dari berbagai daerah ke Surabaya. Resminya mereka memperingati setahun meninggalnya Ongko.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Sobekan Irawan
Agenda lainnya untuk baku dapa: mencoba bersatu kembali. Mereka berkumpul di depan altar untuk mengenang kepemimpinan Ongko yang damai.
Peringatan itu dilakukan di rumah duka komersial Grand Heaven. Di salah satu ruang di lantai 7. Grand Heaven adalah rumah kematian yang baru Surabaya. Menjadi pesaing rumah duka lama: Adi Jasa.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Teroris: Gunung Poso
Grand Heaven seperti hotel bintang lima. Bahkan banyak yang mengira itu memang hotel. Betul saja, itu memang hotel: bagi orang yang telah meninggal dunia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News