
GenPI.co - "INDONESIA itu sudah seperti negerinya yang kedua," ujar sahabat Disway asal Malaysia.
Saya bertanya kepadanya: bagaimana bisa Anwar Ibrahim, perdana menteri Malaysia itu, berpidato dalam bahasa Indonesia yang begitu baik. Hampir tidak terasa logat Melayu-nya.
Saya termasuk yang hadir di acara kemarin sore itu. Di auditorium Bank Mega Jakarta. Chairul Tanjung, konglomerat pemilik Bank Mega, memang mengundang Anwar untuk mampir.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Pembunuhan Mahasiswa: Senyum Tulip
Anwar lagi berkunjung ke Jakarta. Bertemu Presiden Jokowi kemarin pagi. Ke Jakarta adalah kunjungan pertama Anwar ke luar negeri setelah menjabat perdana menteri akhir November lalu.
Begitulah sopan santun hubungan persahabatan antar negara. Mengutamakan sahabat sejati. Seperti juga presiden Amerika Serikat yang selalu ke Inggris dulu sebelum ke negara lain –kecuali Donald Trump.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Imaji Perusuh
Atau juga perdana menteri baru Jepang yang selalu harus ke Amerika dulu sebelum ke lainnya. Indonesia adalah negara serumpun dengan Malaysia. Bisa juga dianggap sebagai saudara tua.
Kata-kata serumpun itu memang tidak lagi sesering dulu diucapkan di publik. Kemesraan antar dua negara seperti sudah berlalu. Yang lebih sering muncul justru caci-maki. Soal perbatasan, soal hak cipta budaya, soal TKI dan soal sepak bola yang hampir selalu kalah.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Ketua DPR Amerika: Ultah 100
Kata ''serumpun'' itu sebenarnya riil. Begitu banyak orang Minang di Negeri Sembilan. Begitu mengakar orang Aceh di semenanjung. Begitu erat kekeluargaan orang Riau dan Melaka.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News