
GenPI.co - Tutup tahun. Dengan gelak bersama. Dan derai air mata pribadi. Sawit dan batu bara membuat orang kaya raya. Dan hatiku berduka
***
Hampir saja saya teruskan puisi tutup tahun itu lebih panjang lagi. Tapi terlalu sedih. Duka tidak boleh dibagi. Apalagi di hari menjelang tutup buku happy ending seperti ini.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Kejadian Heboh 2022: Tahun Gegap
Saya harus move on. Fokus ke Cikeucik. Di Banten Selatan. Di situlah saya tutup tahun ini bersama 21 Perusuh Disway.
Istilah ''Perusuh'' itu saya pinjam dari salah satu komentator. Saya lupa siapa komentator pertama yang menciptakan istilah perusuh itu. Mungkin perlu ada yang mengaku.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Dana Jasmas: Tidak Kapok
Istilah ''perusuh'', yang saya ingat, tidak ada hubungannya dengan kritik atau permusuhan. ''Perusuh'' di situ adalah gelar untuk komentator yang mengacaukan topik bahasan dengan canda dan plesetan.
Itulah sebabnya saya suka dengan istilah ''Perusuh'' –dengan makna khusus seperti itu. Saya khawatir jangan-jangan istilah ''Perusuh'' lama-lama kehilangan lucunya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Perintis Bedah Jantung: Alat Puruhito
Maka saya membayangkan kumpul-kumpul para Perusuh ini akan penuh dengan canda, saling gojlok dan tukar nomor telepon.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News