
Yakni pulpen digital. Yang ketika disentuhkan ke tulisan bisa mengeluarkan bunyi huruf tersebut. Usaha ini lantas berkembang ke Alquran digital.
"Orang Pakistan yang menyarankan mengapa tidak menjual pulpen serupa untuk membaca Quran," ujar Jenny.
Jenny pun menjalin kerja sama dengan lembaga pentasbih Quran. Dia juga bekerja sama dengan banyak ustaa terkenal.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Pedagang Mi: Jenny Mie
Jenny pun bisa mengucapkan istilah-istilah khusus terkait dengan Quran: juz, surah, tahfiz, tajwid. Setelah era digital meluas, usaha Quran digital ini surut.
"Peraturan di toko buku Gramedia juga berubah. Saya tidak bisa mengikutinya lagi," katanya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Pengusaha Kertas: Kertas Mati
Selama bertahun-tahun Quran digital yang dikelola Jenny ''menguasai'' rak buku Gramedia. Setelah surut itulah Jenny mulai dagang mesin pembuat mie. Juga laris.
Tapi siaran TV khusus untuk jualan barang tidak ada lagi. Usaha mesin mie pun redup. Setelah Jenny punya anak tiga orang, sang suami sakit. Minta pulang ke Beijing. Meninggal di sana.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Politik di Amerika Serikat: Tengah Periode
"Di antara bisnis alat baca digital, Quran digital dan mesin mie mana yang paling menghasilkan?" tanya saya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News