
Pertemuan itu dilakukan di lantai rumah Eka. Tidak ada meja kursi di situ. Si penjual dawet minta maaf kepada Eka. Sambil bersimpuh. Mengenakan kebaya dan baju muslimah.
Mencium tangan Eka dengan wajah di pangkuan Eka. Lama. Eka yang baru tiba dari pasar sampai mengelus-elus punggung si penjual dawet.
"Saya tidak tahu siapa nama ibu tadi. Kami tidak sempat kenalan," ujar Eka.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Kapolda Jatim: Madura Minahasa
Eka tidak mempermasalahkan semua itu. Dia sudah ikhlas suaminya meninggal. Dia juga mengakui suaminya sering mabuk, tapi tidak malam itu.
Sang suami pernah bekerja di koperasi Telkomsel. Kena PHK. Sejak itu Eka yang cari uang. Dia membuat camilan. Nawi mengantarkan barang dagangan itu ke toko-toko.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Tragedi Kanjuruhan: Horeeee FIFA
Eka bertemu Nawi 22 tahun lalu. Yakni saat orang tua Nawi pindah ke desa ini. Bertetangga. Lalu kawin. Punya anak tiga orang. Yang tertua kuliah di teknik kimia di Politeknik Malang.
Ayah Nawi seorang anggota Polri. Sudah meninggal. Malam kejadian itu, Nawi tidak mengizinkan Eka ikut ke stadion. Tanpa alasan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Pengusaha: JohnAnglo Bro
"Biasanya saya ikut. Boncengan naik sepeda motor," ujar Eka.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News